Bagi insan yang saling mencintai atau memantapkan hati untuk ibadah dengan pasangan hidup, melangkah memasuki ikatan suci dalam bingkai rumah tangga adalah sebuah harmonisasi kehidupan. Apalagi memiliki buah cinta berupa anak yang dapat memperkuat hubungannya jika ada gesekan dan keretakan di kemudian hari. Disamping itu, memiliki keturunan juga sebuah fitrah bagi manusia yang sudah ditetapkan Tuhan.
Jika sebuah fitrah dilanggar maka akan berdampak tidak baik bagi keberlangsungan kehidupan manusia seperti; kepunahan bahkan rusaknya ekosistem kehidupan sebab manusia adalah rantai kehidupan yang terus berkesinambungan.
Penyebab kerusakan disini adalah ketika manusia memilih untuk menikah tapi tidak ingin memiliki keturunan atau bahasa bekennya child free yang artinya sebuah pernikahan yang dijalankan dengan komitmen tanpa anak. Pemicu keputusan child free ada beberapa hal. Seperti, mereka dibesarkan tanpa kebahagiaan tetapi diasuh dengan luka yang tak kunjung sembuh atau disembuhkan, memiliki gangguan kesehatan atau child less dan juga memang karena pilihan sendiri secara sadar bukan karena luka, seorang akademisi dan cukup finansial.
Mengenali Penyebab Terjadinya Child Free
Memutuskan untuk menjalani child free sudah tentu kesepakatan kedua belah pihak antara suami dan istri. Dari data yang aku kumpulkan ketika istri akan memilih tidak memiliki keturunan, banyak suami tidak mempermasalahkannya karena hamil dan melahirkan adalah peran yang dialami istri maka suami hanya bisa mendukung atas segala keputusan yang dibuat. Faktor istri-suami memilih menjalani child free karena beberapa alasan sebagaimana Anggun Meylani Pohan, M.Psi., direktur PT. Multi Human Cendikiawan (counsulting) dan beberapa sumber berikut ini;
Child free karena luka masa kecil
• Pernah mendapatkan perlakuan yang kurang baik dari orangtua
• Minimnya pasokan cinta dari orangtua karena faktor finansial
• Anak itu mahal dan membutuhkan biaya besar untuk membesarkannya
• Takut anak menderita jika belum mapan
Child free karena pilihan sendiri secara sadar
• Tidak ingin fokus terhadap dunia anak-anak
• Tidak ada alasan
• Memiliki prioritas besar dari pada anak
• Ingin bebas tanpa tergantung ke anak-anak
• Merasa dunia over-populated
• Ada banyak anak-anak yatim, terlantar untuk diperhatikan atau diadopsi
• Memiliki gangguan kesehatan atau child less
Dari pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa inti permasalahannya kebanyakan persoalan ketakutan soal finansial, takut kehidupannya susah, takut tidak bahagia untuk itu perlu kiranya menanam kata-kata positif ke dalam pikiran kita bahwa anak adalah rezeki dari tuhan yang kedatangannya tidak pernah diminta oleh si bayi untuk dilahirkan bahkan jika boleh meminta, setiap bayi pasti ingin terlahir dari keluarga bahagia, penuh kasih, dan kemapanan ekonomi. Sehingga tidak akan ada yang terluka maupun saling menyakiti.
Namun kenyataan di lapangan anak adalah murni permintaan dari orangtua kepada tuhan atau prilaku berkumpulnya dua manusia beda jenis kelamin secara sadar dan paham terhadap konsekuensinya.
Untuk itu jika memutuskan untuk menikah haruslah siap mental terkait kehidupan pasca pernikahan apalagi jika memutuskan untuk memiliki anak, berarti juga harus siap dengan segala konsekuensinya. Dan ternyata gak semua orang siap dengan konsekuensi tersebut. Drama-drama kehidupan akan silih berganti menguji pasca menikah dan memiliki momongan.
1. Harus siap mental
Resign dari kantor saat perut sudah membesar kadang cukup berat. Apalagi jika tempat bekerja tidak menerima orang yang sedang hamil besar. Tapi mau bagaimana, terkadang nyeri sudah lebih sering datang. Siap menghadapi biaya persalinan, mengerti cara merawat anak dengan segala tangisan yang kadang bisa menyebabkan seorang ibu mengalami babyblouse.
2. Harus siap ekonomi untuk biaya hidup dan pendidikan
Biaya yang akan dihadapi ketika memiliki anak akan bertambah dan beragam. Seperti; biaya popok, susu, pakaian, dan keperluan lainnya termasuk persiapan biaya pendidikannya. Untuk itu mulai dari sekarang sebelum menikah atau sebelum menjadi orang tua alangkah lebih baik jika sudah melek finansial agar tidak kelimpungan.
2. Harus memiliki kesabaran extra
Dalam membesarkan buah hati, perlu daya kesabaran yang full sebab memiliki seorang balita banyak hal yang perlu dilakukan untuk si kecil yang belum bisa melakukan apa-apa. Semuanya masih tergantung terhadap orangtuanya. Jika orangtua bersifat individualistik, maka anak tersebut akan kurang mendapatkan perhatian dan terlantarkan. Bahkan jika orangtua tidak mampu mengendalikan emosi, maka si anak bisa jadi korban.
3. Pengertian dan dukungan dari suami
Jika seorang suami tidak siap dengan kehamilan istrinya, maka potensi selingkuh akan lebih besar karena kurang merasakan kenyamanan seksual, tidak nyaman melihat tubuh istrinya yang membengkak, atau kurang mengerti terhadap perubahan berbagai macam prilaku ibu hamil, serta melimpahkan segala urusan rumah tangga dan anak terhadap istri padahal jika keduanya saling berkolaborasi akan menjadi moment membahagiakan.
Fakta dibalik adanya fenomena child free
Child free karena luka
Mungkin dulu pernah menyaksikan kisah orang lain atau dirinya sendiri dilahirkan dari orangtua yang tidak siap, suka membentak, memukul, menyiksa dan memiliki ayah yang kasar, sering main tangan, dan berselingkuh. Akhirnya pengalaman buruk itu melekat menjadi bayang-bayang hitam meski sudah dewasa. Sehingga anak memiliki memori negatif yang tetap terpendam meski sudah puluhan tahun. Bahkan, Kesehatan mentalnya akan terganggu yang mengakibatkan depresi, bipolar, anxietas dan lain hal akibat didikan orangtua di masa kecil yang kurang kasih sayang.
Child free karena pilihan sendiri
Memiliki empati dan jiwa besar terhadap anak jalanan, terlantar, dan anak di panti asuhan serta merasa bahwa dunia sudah terlalu sesak untuk dipenuhi bahkan khawatir dunia makin rusak sehingga tidak mengharapkan anaknya merasakan bumi yang semakin tua dan renta. Akhirnya ia fokus untuk jenjang karirnya, perjalanan hidupnya dan masa tuanya.
Child free karena child less
Child less adalah sebuah kondisi yang sudah ditentukan diluar kemampuan diri sendiri dan sulit untuk diubah meski sudah melakukan berbagai macam pengobatan dan penanganan kepada berbagai macam ahli. Meski child less tapi masih memiliki jalan untuk memiliki anak dengan mengadopsi atau jadi guru dan ibu dari komunitas sosial maupun lainnya.
So, yang seharusnya kita lakukan
Menurut Intan Maria Lie, founder ruang pulih sekaligus penulis buku Luka Performa Bahagia, Setiap orang belajar arti cinta dari keluarga, cinta itu memberdayakan, cinta itu pengorbanan, cinta itu penderitaan, atau cinta itu memuliakan ~IMH
Jadi, jka ingin memiliki anak yang penuh cinta kasih maka peran orangtua paling besar dalam membentuk kepribadian si anak. Berikanlah cinta itu kepada sang buah hati atau orang-orang yang ada di sekeliling kita.
Hikmah dibalik riwehnya pengasuhan anak
Bagaimanapun anak adalah pelipur lara di kala suka maupun duka. Memiliki anak bisa jadi media tumbuh untuk belajar apapun utamanya cara bersikap dalam menghadapi kehidupan. Seperti terkadang lupa baca doa ketika makan, jadi penegur saat khilaf, jadi teman untuk bercerita, jadi perawat ketika sakit bahkan dalam ajaran Islam anak bisa jadi pengirim amal yang tak akan pernah putus atas doa-doa dan dan kebaikannya saat kita sudah berada di alam yang berbeda.
Maka jika kamu memutuskan child free karena terluka, maka jauhilah kata takut membuatnya menderita atau menyebabkan luka jika tidak mapan finansial. Belajarlah ilmu parenting yang tidak ada jurusannya dan memcobalah berdamai dengan masa kecil dengan menerima dan mengambil alih pengasuhan pribadi atau re-parenting. Dan katakan pada diri sendiri "cukup didikan orangtuaku dan aku sendiri yang mengalami memori buruk itu, tidak dengan aku sebagai orang tua dan si kecil sebagai anakku."
Dan jika keputusan kamu memilih child free tidak sama sekali bukan karena luka melainkan karena memang memilih secara sadar, aku pun ikut mendukungnya every choice, it has a risk and consequences, isn't it?
Last but not least
Aku adalah anak yang juga mengalami wounded child namun aku tetap ingin memiliki keturunan dan memperbaiki kesalahan orangtuaku kepada anak biologis dengan tetap menyayangi dan peduli terhadap anak yatim.
Kalau kamu?
30 Komentar
Bener banget kak, meski rieweuh banget ini ngurus anak dan lelah luar biasa, tapi anak emang pelipur lara. Merekalah yang mampu menghibur di saat kita lelah, bahkan di titik terendah. Semoga ya yang sedang menantikan diberi kemudahan untuk memiliki momongan.
BalasHapusAaminn. Yok sama-sama jadi orang tua terbaik versi kita dan buah hati
Hapusmungkin keduanya ya?
BalasHapuskarena pemilih childfree umumnya punya latar belakang akademis yang tinggi
sehingga mereka menilai dari segala sudut, gak hanya karena luka
Iya kak berarti dia memilih child Free secara sadar. Alasannya mungkin karena merasa dunia ini sudah padat dengan manusia hehe makanya tidak mau membebani bumi
HapusSemangatttttt!!!!
BalasHapusAku pun sempat mendiskusikan ini terkait chlid free emang iya rerata jawabannya " finansial". Tapi ada juga yang merasa belum siap.
Mgkin karena yg ia liat selama ini kerempongannya saja ya. Padahal, dibalik rempong ada sejuta kelucuan anak2... hehehr
Ya, akhirnya diskusi kami ditutup dengan semua kembali ke pilihan masing2.
Suka sekali dg statement terakhir kak ovi. Semangat!!!! Kita jika memungkin kenpaa harus berbuat sama dg orang ug nyakitin kita. Apa beda kita dg mereka. Gtu kan ya....
Semga mbk ovi dikasih kekuatan....jadi ibu yang luarbiasa untuk anak2nya
Halo kak Ovi,
BalasHapusSetuju nih dengan semua pemaparan kak Ovi. Menurutku opini kak Ovi ini bijak dan relevan. Aku sendiri pernah pengen childfree karena trauma dan innerchild ku belum pulih. Tapi somehow, setelah berproses dan makin dewasa keinginan punya anak malah makin besar. Dja bener sih, adanya anak bukan sekadar kebanggaan tapi juga belajar lagi.
Mau childfree atau nggak ya sebenarnya balik lagi ke pilihan masing-masing pasangan sih.
BalasHapusNamanya hidup ya, nggak bisa disamaratakan untuk setiap insan. Penyampaian yang bijak, Kak.
Luka masa kecil yang aku rasa penyebab terbesarnya memang dari finansial. Itulah mengapa kita harus bisa mandiri soal finansial setidaknya saat ingin memutuskan untuk berumah tangga.
BalasHapusMungkin saya bisa mengerti dengan orang yang memilih child free, dan semoga keputusannya itu benar-benar bukan karena pilihan sesaat saja. Karena jika kita menyesal saat umur sudah tua akan sangat terlambat sekali :)
BalasHapusAku lagi otw baca buku soal childfree ini mbaa. Mudah2an kita semua selalu diberi kekuatan ya kak ovii dan "masa lalu yang buruk" itu ngga bertahan lama di ingatan kita
BalasHapusAku juga sempet menuliskan keresahanku tentang childfree, tapi apapun alasannya pasti udah ada kesepakatan matang-matang dari kedua belah pihak. Apapun itu kita tetap tidak boleh menghakimi ya mba..
BalasHapusAku masih ngedraft tulisan tentang child free ini deh.. baca ini jadi pingin cepet2 dirampungin .. eheheh
BalasHapusItulah kenapa ketika sudah menjadi orang tua, PRnya adalah menanamkan kenangan2 baik ke anak ya. Juga tidak sering2 memperlihatkan wajah masam di depan anak, sehingga anak2 akan merasa diharapkan dan dihargai, hingga nantinya tidak perlu ada ketakutan memiliki anak dan lain2 :)
BalasHapusiya bener bu, anak-anak ingatannya kuat sekali. mungkin mereka diam, cuma di dalam hati dipendam. untuk pilihan child free setiap orang berhak memutuskan apa yang ia pilih.
HapusThe blog on "fenomena child-free dipilih karena luka" provides a refreshing perspective on the choice of being child-free. It beautifully explores the idea that this decision may arise from personal healing, fostering a sense of empowerment. The author skillfully delves into the complexities surrounding this choice, offering a compassionate and insightful narrative. Overall, a thought-provoking and well-articulated piece celebrating individual autonomy. Mutual Protection Orders in New Jersey
BalasHapusAyuda Violencia Doméstica Nueva Jersey
###It’s really a cool and useful piece of info. You’ve done an incredible
BalasHapusExcellent and very exciting site. Love to watch. Keep Rocking.
BalasHapusSome truly choice articles on this site, saved to favorites.
BalasHapusI besides conceive thus, perfectly pent post!
BalasHapusThankyou for this marvellous post, I am glad I found this web site on yahoo.
BalasHapusBut wanna comment that you have a very decent web site, I love the layout it really stands out.
BalasHapusVeryy well-written. I am really thankful for sharing your quality words with us.
BalasHapusI like the efforts you have put in this, thanks for all the great posts.
BalasHapusI love the efforts you have put in this, appreciate it for all the great content.
BalasHapusI gotta favorite this website it seems very beneficial extremely helpful
BalasHapusI could not refrain from commenting. Exceptionally well written!
BalasHapusJust what I was looking for, appreciate it for putting up.
BalasHapus#Your explanations were clear and easy to understand, and your attention to detail was greatly appreciated.
BalasHapusChild-free lifestyle is closely linked to emotional experiences, as many people experience trauma or loss from various sources. This phenomenon helps in healing and maintaining a healthy lifestyle without distractions. Addressing this issue directly can help reduce stigma and encourage open dialogue in society about child-free lifestyles. maryland federal criminal defense lawyer With over ten years of legal experience, I'm the trusted advocate you need to protect your rights and get the greatest outcome. My meticulous approach and steadfast dedication ensure that your rights are vigorously defended and that your voice is heard.
BalasHapusThe clarity in your post is simply excellent and i could assume you are an expert on this subject.
BalasHapusHai, thank you for visiting my home and leave a friendly comment. Hopefully, you enjoy and take the rewarding of every post.